Wednesday, October 26, 2016

πŸ“šNICE HOME WORK #2πŸ“š


πŸ“✅“CHECKLIST INDIKATOR PROFESIONALISME PEREMPUAN”✅πŸ“
a. Sebagai individu
- Bangun sebelum subuh dan menyelesaikan semua pekerjaan rumah sebelum jam 8.
- tilawah Quran minimal 1 lembar/hari
- Menjalankan amalan sunah seperti shalat sunah Dan puasa sunah.
- Lebih baik dalam mengatur waktu untuk urusan keluarga dan bisnis.
- Menambah wawasan tiap harinya dengan membaca artikel atau buku

b. Sebagai istri
- menjaga penampilan dikala bersama suami dan dimuka umum.
- melayani dengan cara terbaik disaat suami pulang kerja
- mampu memanage kebutuhan umum (keb. Pokok) dan khusus (biaya sekolah, liburan, seminar,DLL)
- Berusaha dengan baik mengingatkan dan menjaga khususnya kewajiban seperti shalat &  amalan sunah
- Berusaha dengan sebaik-baiknya menjaga suami dari berbagai hal salah satunya berita yang tidak baik.
- Lebih mengutamakan akhirat

c. Sebagai ibu
- Mampu mengelola emosi disaat anak tantrum
- Menemani anak bermain tiap harinya
- Memberikan fasilitas untuk minat Dan bakat anak
- Melakukan aktifitas bermakna tiap harinya.
- Membuat checklist tahap perkembangan anak yang mesti dicapai.
- Mengajarkan adab pada anak sekaligus Berusaha menjadi panutan.
- Membacakan buku tiap harinya.

Tuesday, October 18, 2016

πŸ“šNICE HOMEWORK #1πŸ“š ADAB MENUNTUT ILMU


Bunda dan calon bunda peserta matrikulasi Ibu Profesional Batch #2, kini sampailah kita pada tahap menguatkan ilmu yang kita dapatkan kemarin, dalam bentuk tugas.

Tugas ini kita namakan NICE HOMEWORK dan disingkat menjadi NHW.

Dalam materi "ADAB MENUNTUT ILMU" kali ini, NHW nya adalah sbb:
1. Tentukan satu jurusan ilmu yang akan anda tekuni di universitas kehidupan ini.
Sebagai orang tua, Ibu dari 1 orang anak saat ini saya ingin menekuni ilmu Parenting.

2.Alasan terkuat apa yang anda miliki sehingga ingin menekuni ilmu tersebut.
Saya ingin menjadi madrasah pertama bagi anak-anak saya. Mencetak generasi shaleh, tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri namun juga bermanfaat bagi orang lain. Karena anak shaleh merupakan tabungan orang tuanya diakhirat kelak.

3. Bagaimana strategi menuntut ilmu yang akan anda rencanakan di bidang tersebut?
- Bergabung di komunitas-komunitas Parenting, diantaranya :
Institut ibu profesional
Homeschooling Muslim nusantara
HEBAT (Home education based on akhlaq and talents)
-  ikut acara-acara yang diselenggarakan oleh komunitas untuk berjejaring,
Kemah, kopdar, DLL.
- membaca buku parenting dan artikel-artikel Parenting lewat internet.

4. Berkaitan dengan adab menuntut ilmu,perubahan sikap apa saja yang anda perbaiki dalam proses mencari ilmu tersebut.
Perubahan dalam adab dan disiplin dalam waktu

*Menuntut ilmu adalah salah satu cara meningkatkan kemuliaan hidup kita, maka carilah dengan cara-cara yang mulia*

Salam Ibu Profesional,

/Tim Matrikulasi Ibu Profesional/

Friday, October 7, 2016

Memasukan Anak ke PAUD Perlukah?

Memasukan Anak ke PAUD Perlukah?

Oleh: Ustadz Harry Santosa

Ada sebuah buku yang berjudul "better late than early" , buku ini memberikan pandangan banyak pakar dari berbagai macam sudut pandang dan menyimpulkan serta menganjurkan untuk menunda memasukkan anak ke sekolah bahkan sampai usia 8 -10 tahun.

Para psikolog pun seperti bu Elly Risman atau ust Adriano Aad Rusfi atau praktisi seperti bunda Septi Peni Wulandani pun sama, menganjurkan untuk menunda selama mungkin anak usia dini untuk di "sekolah" kan.

Dalam pandangan pendidikan berbasis fitrah pun sama, tidak berlaku kaidah bahwa makin cepat makin baik, makin banyak makin hebat. Segala sesuatu sebaiknya sesuai tahapannya.

Perlu dipahami bahwa pendidikan usia dini adalah agar anak anak usia dini tumbuh paripurna sesuai tahap perkembangan usia dininya. Jadi bukan calistung untuk persiapan masuk SD. Juga ketika mengajarkan prinsipnya adalah bukan apakah anak mampu, tetapi apakah yang anak butuhkan sesuai usianya. 

Sebagai catatan banyak PAUD hari ini yang berubah menjadi SAUD  (Sekolah Anak Usia Dini), dengan melatih anak berbagai keterampilan membaca, menulis dan berhitung sebagai persiapan masuk SD.

Beberapa aspek fitrah yang membutuhkan kedua orangtua turun tangan

1. Fitrah Keimanan. Usia 0-6 tahun adalah masa emas untuk mendidik fitrah keimanan, dengan keteladanan dan atmosfkr keshalihah untuk memunculkan imaji2 positif ttg Allah dstnya. Anak anak harus dibangkitkan gairah cintanya pada Allah dan kedua orangtualah sosok teladan yang paling berkesan untuk memberikan imaji imaji positif ini. Jika fitrah imannya tumbuh paripurna, maka bunda akan menjumpai ananda menyambut perintah sholat dengan suka cita ketika usia 7 tahun. Jangan lewatkan peran ayah bunda pada tahap 0-6 tahun

2. Fitrah Seksualitas. Anak usia 0-6 tahun membutuhkan kelekatan ayah dan ibunya sampai aqilbaligh, bahkan dilarang memisahkan anak dan ibunya sampai mereka aqilbaligh. Usia 3 tahun, ananda harus menyebut identitas gendernya dengan jelas. Anak yg bingung identitas gendernya ada kemungkinan salah satu sosok ayah atau ibu tidak hadir secara utuh. Perhatikan bahwa banyak PAUD gurunya hanya perempuan.

3. Fitrah individualitas. Anak usia 0-6 tahun sangat ego sentris, jika tidak memahami ini maka mereka akan dipaksa berbagi,  dipaksa untuk mengalah tanpa pertimbangan fitrah individualitasnya. Maka kelak akan menjadi peragu, tidak pede bahkan pelit dan pengecut.  Dalam lingkungan persekolahan usa dini yang seragam, maka umumnya individualitas tak dihargai.

Sejalan dengan ini maka sesungguhnya anak usia 0-6 tahun belum membutuhkan bersosialisasi, tetapi membutuhkan interaksi dengan alam. Sementara sosialisasi terbaiknya pada usia ini adalah dengan kedua orangtuanya.

4.  Fitrah Belajar. Pada usia ini abstraksi dan imaji anak sedang indah-ndahnya maka interaksi terbaiknya di alam dan permainan imajinatif. Kebanyakan PAUD mengenalkan permainan kognitif dan lebih banyak bermain dalam ruangan. Gairah belajar anak lebih wajib diumbuhkan daripada mengejar kemampun calistung. Ingat bahwa anak yang cepat bisa membaca belum tentu menyukai buku dan belajar, sementara anak yang cepat bisa berhitung belum tentu suka bernalar dan berabstraksi.
Tugas orangtua adalah membangkitkan gairah belajar anak bukan banyak mengajarkan. Ingat bahwa anak yang terlalu banyak diajarkan akan  minta diajarkan sepanjang hidupnya.

5. Fitrah Bakat. Pada usia ini, bakat anak muncul sebagai sifat unik, maka amati sebaiknya dan buatlah dokumentasi anak yang menggambarkan momen bahagia, momen kejutan atas sifat dan perilaku yang unik. Ini memerlukan observasi atau pengamatan yamg seksama, penuh empati dan telaten, dan sejujurnya hanya kedua orangtua yang ikhlash yang mampu melakukan.

6. Fitrah Estetika dan Bahasa. Pada usia ini anak harus dikuatkan bahasanya dengan bahasa ibu (mother tongue). Bahasa ibu adalah bahasa native atau bahasa tutur yang digunakan ayah dan ibu di rumah dengan fasih dan santun. Hindari mengajarkan bahasa asing sebelum bahasa ibu sempurna. Ukurannya adalah mampu mengekpresikan perasaan, sikap dan gagasannya dengan jelas dan baik. Kisahkan anak dengan kisah kisah berkesan menggunakan bahasa ibu. Agak sulit menguatkan bahasa ibu jika PAUD menggunakan bahasa yang lain apalagi bilingual. Kasus kasus anak mengalami bingung bahasa atau mental block karena tak mampu mengekspresikan bahasa sudah banyak terjadi.

Jika ayah bunda karena alasan yang darurat harus memPAUD kan anak, maka pastikan

1. PAUD yang dipilih adalah yang mengoptimalkan peran orangtua dalam proses
2. AyahBunda tetap bertanggungjawab pada penumbuhan seluruh potensi fitrah, maka buatlah personalized curriculum
3. Manfaatkan waktu ketika bersama anak dengan sebaik baiknya

Salam Pendidikan Peradaban

#fitrahbasededucation
#pendidikanberbasisfitrah dan akhlak

Thursday, October 6, 2016

Catatan Kecil Tentang Tantrum

Catatan Kecil Tentang Tantrum (1)

Berikut adalah catatan pribadi saya ketika menyimak penjelasan Bu Elly Risman pada acara smart parenting yang berjudul "Memahami dan Mengatasi Anak Tantrum"

Apa itu tantrum?
Tantrum adalah suatu saat dimana anak menunjukkan kemarahan atau perasaan negatif lainnya yang luar biasa yang menunjukkan tingkah yang tidak lazim untuk menunjukkan perasaan tsb.

Apa yang mendasari anak tantrum?
• Perasaan tidak nyaman
• Perasaan tidak suka
• Ingin sesuatu tidak kesampaian
• Ingin dipeluk atau digendong ibunya tetapi ibunya sibuk
• Dll

Sejak kapan tantrum terjadi?
Secara umum ada 3 pengelompokkan umur :

• 15 bln - 3 th ~> ditunjukkan dengan nangis-nangis, teriak-teriak, berbaring di lantai, tendang-tendang barang, memukul atau mencakar temennya

• 3 th - 4 th ~> ditunjukkan membanting mainan, guling-guling, teriak-teriak, merengek-rengek, menghentak-hentakkan kaki, membentur-benturkan kepala, plus berkata kasar

• 4 th - 5 th ~> teriak-teriak, ngatain diri sendiri (misal : emang aku jelek), melempar barang, merusak mainan.

Mengapa anak tantrum?

• Anak-anak tidak sanggup atau belum mampu mengendalikan dan  mengontrol dirinya sendiri dengan emosinya yang intens atau kenceng.

Penyebab lainnya:
• orang tua terlalu mengekang, tidak boleh begini tidak boleh begitu

• tertekan misal direbut mainannya

• sifat dasar anak yang emosional, karena ada faktor keturunan dari ortu

• contoh yang dilakukan ortu misal kalau orang tua marah, lempar-lempar piring

• Dll

Bagaimana mengatasi anak tantrum?

1. Tenang. Jangan panikan karena tidak terjadi sesuatu tanpa sebab.

Jadi tarik nafas panjang... bilang pada diri sendiri :
• Oke...pesan apa nih yang mau kamu sampaikan sama mama Nak...
• Kasihan kamu ya Nak...tidak tahu bagaimana mengungkapkan perasaan.

2. Baca bahasa tubuh anak dan namai apa perasaannya

• Adek capek ya?
• Ngantuk ya?
• Lapar ya?
• Adek marah ya? Adek marah karena mainan adek diambil ya? Jadi adek kesel
• Adek sedih?
• Adek minta digendong ya?
• Dll

Penting sekali menamai perasaan anak. Dengan demikian anak akan merasa dimengerti. Anak merasa diakui.

Apabila anak masih tantrum juga....bilang pada diri sendiri ....oke...mama paham otak kamu belum bersambungan. Jadi mama harus bilang Sabar..sabar...sabar....

» Apabila anak sudah tidak mampu mengendalikan dirinya jangan kita juga ikut-ikutan tidak terkendali, sama dong kita sama dia umurnya....3 th 4 th.

3. Ambil anak kemudian dekap...tahan... kemudian bisikkan kata-kata dengan frekuensi suara yang pelaaaaaan....
"Sayang...anak baik...tenang dek...mama sayang adek...adek sedang marah banget yaa.."

Ulangi terus sampai si anak mendengar. Tetap dengan  frekuensi suara yang pelan (tujuannya agar anak memperhatikan suara kita yang pelan tsb)

» Jangan kita ikut terpancing. Kita yang mengendalikan anak, bukan anak yang mengendalikan kita. Kata kunci = KENDALI

4. Alihkan perhatian anak
Misal dengan cerita yang penuh ekspresi dan dengan suara pelan... Jangan lupa pandang mata mereka....."ini lho dek, kemarin mama ke pasar, terus lihat burung ...dst.

» Kalau anak masih saja tantrum, terus aja kita bercerita, kita jangan sampai kehabisan pikiran, hilang akal, hilang sabar atau panik duluan, apalagi untuk usia 15 bln - 3 th masih sangat mudah dialihkan.

» Hal yang sering ortu malas adalah...membawa anak keluar rumah...alihkan dengan apa yang dilihat diluar rumah. Jangan kutek-kutek di dalam rumah. "Tuh tuh dek lihat ada....dst"

5. Apabila anak sudah reda tantrumnya, sudah tenang, sorenya atau esok harinya....ajak anak ngobrol.

+ "Kemarin adek marah ya? Marahnya adek segimana?
Adek marahnya segini? ~> kita kasih jarak tangan kita kecil, panjang, besar besar. Atau adek marahnya serumah? Segunung?"

+ Kalau adek marah bilangnya gimana?"

- "Aku marah."

+ "Marahnya segimana?"

- "Aku marah serumah, serumah!"

Tidak mengapa anak mengungkapkan marahnya dengan kata-kata daripada dia melempar barang.

Kalau ini tidak pernah, tidak diberi kesempatan, dia tidak tahu bagaimana mengekspresikan emosi negatifnya. Tidak aneh kalau dia akan  membentur-benturkan kepalanya ke dinding atau lainnya.

Contoh ngobrol lainnya:

+ "Kemarin adek marah ya? Teriak-teriak minta es krim...terus sama mama nggak dikasih...

- (angguk-angguk kepala)

+ "Coba kenapa?"

- "Adek teriak-teriak."

+ "Coba gimana kalau bilangnya pelan-pelan."

- "Mama.... aku minta es krim"

+ "Ulangi sekali lagi coba."

- "Mama... aku minta es krim"

-----

Mengapa tantrum masih  berulang padahal sudah berusaha mengadapi dengan baik?

~> karena pengasuhan tidak bisa serta merta, harus berkali-kali, ini adalah proses membentuk kebiasaan dan meninggalkan kenangan yang baik di otak anak.

Hal apa yang dihindari ketika tantrum?

• Memukul anak
• Menjanjikan sesuatu agar dia berhenti tantrum
• Menakut-nakuti dengan hal yang tidak benar. Awas nanti kalau ngga diam ditangkap polisi, dibawa orang gila dll.

Menjanjikan dengan sesuatu agar anak berhenti dari tantrum apabila hal dilakukan si anak akan menggunakan senjata tantrum untuk memenuhi keinginannya di lain waktu. Jangan lakukan hal ini.

-----

Faktor apa yang menyebabkan orang tua tidak bisa mengendalikan diri menghadapi anak tantrum?

Selain karena capek, ada masalah, kurang enak badan atau sedang pre menstruasi ada hal penting yang menyebabkan orang tua sulit mengendalikan diri yaitu karena :

• Cara penanganan tantrum si orang tua tersebut di masa kecilnya yang tidak tuntas. Sehingga saat menjadi orang tuapun dia tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri.

Ajakan untuk kita wahai orang tua.....tuntaskan penanganan tantrum anak-anak kita.....sehinggga kelak ketika mereka menjadi orang tua....merekapun akan bisa mengendalikan diri dan mampu mengendalikan anak mereka ketika tantrum.

Maka dengan kita menyelamatkan anak kita sekaligus kita menyelamatkan cucu-cucu kita.

Catatan penting:

Jangan pernah menyerah ketika menghadapi anak tantrum. Apabila kita menuruti apa keinginan dia, itu berarti kita dalam kendali dia.
Ketika usia 5 tahun kita sudah dalam kendali dia, bagaimana nanti usia 10 th? 15 th?

Penuhi kebutuhan anak dengan kebutuhan yang cukup. Hadirkan kedua orang tua. Berikan kasih sayang, komunikasi benar dan menyenangkan untuk perkembangan fisik, jiwa dan spiritual anak.

-----
Catatan Kecil tentang Tantrum (2)

Berikut adalah pertanyaan salah satu pendengar yang diajukan kepada Bu Elly Risman pada acara smart parenting.

Pertanyaan:

"Suami saya berusia 39 th, kalau suami saya marah pasti dia selalu banting sesuatu atau memaki-maki saya. Bagaimana saran ibu untuk saya agar saya dapat membantu suami keluar dari situasi ini?"

Jawaban:

Pertama kumpulkan dulu data dari pamannya, kakaknya bagaimana masa kecil dari suami ibu. Bener nggak suka tantrum? Sebab utamanya apa?

Yang kedua, ketika ibu berbicara dengan suami harus menggunakan kalimat yang tidak boleh lebih dari 15 kata dan gunakan kalimat bertanya.

Kemudian menurut para ahli kalau mau ngomong sama suami lakukan sesudah berjima' (berhubungan suami istri) jadi suami rileks dari ujung kepala sampai ujung kaki.

*Tambahan saya pribadi (wasiyati) pernah mendapat keterangan dari trainer parenting ummu farhana riva bisa dilakukan juga paginya setelah malamnya berjima'.

Setelah lewat marahnya, sehari atau dua hari. Barulah tanya suami ibu, perlakukan seperti kepada anak, karena kita tahu banget bahwa kemarin yang marah itu BUKAN suami kita yang berusia 39 th, tetapi anak kecil yang ada dalam diri dia yang dulu tidak diselesaikan dengan baik.

Contoh kalimatnya:

"Pah, kemarin marah sekali ya, sampai papah maki-maki aku?"

10 kata :) . Jangan disambung, kalau kepanjangan nggak didenger, nggak menarik perhatiannya.

>> Penting nih ya...para istri tahu...Kalau kalimatnya agak panjang... Kata suami: Jadi pointnya apa? 

Contoh pertanyaan selanjutnya:

"Pah, seperti kemarin kenapa sih setiap marah maki-maki aku?"

Kalau dia tidak jawab....biarin...karena stock laki-laki kata-katanya 7.000 sehari. Mungkin kata-katanya sudah habis di kantor :D

Makanya kalau kita tanya bapak-bapak pagi-pagi, jawabnya bisa sore-sore
Kita kirim pesan panjang lebar sama dia dicuekin :D

Jadi kita kumpulkan pelan-pelan. Kita bukan menghadapi suami kita yang berumur 39 th. Kita menghadapi anak kecil yang dalam diri dia yang dulu belum diselesaikan dengan baik.

Sampai disini jawaban bu Elly, mari kita ambil faidahnya untuk memperkuat pembahasan tentang tantrum di awal.

Untuk yang saya kasih emoticon tertawa, karena kemarin Bu Elly pun tertawa. So ....mari kita pahami para bapak-bapak yang stock kata2nya hanya 7.000 sehari :D

Catatan Kecil tentang Tantrum (3)

Bu Elly, bagaimana cara mencairkan emosi masa lalu yang nggak tuntas? Karena dari kecil saya anak nomor satu, saya disuruh ngalah terus.

Jawaban:
Ini memang tidak fair. Masing-masing anak mempunyai porsinya.

Ada orang tua kalau dia melayani anak, dia pegang bayinya dulu dan mengabaikan si kakak. Ini  KELIRU.

Contohnya: orang tua pulang atau ibu pulang, padahal si kakak sudah menunggu lama, tetapi si ibu pegang si kakak sebentar aj, kemudian si Ibu bilang, "sebentar ya kak, adek bayi nyusu dulu."

Anak yang bayi itu nggak ngerti. Yang sudah lebih dulu tumbuh emosinya adalah si kakak. Yang dah mulai ngerti ya si kakak. Kakak yang udah paham malah diabaikan. Suruh main dulu, suruh sama mbak dulu. Suruh ngalah dulu. Dll.

Baik kembali ke pertanyaan ibu...begini ya bu, tingkah laku itu karena ada dorongannya, ada motifnya dan ada tujuannya.

Memang ketika kecil ibu dulu diperlakukan seperti itu oleh orang tua ibu, ibu ngerti nggak kenapa orang tua ibu suruh ibu ngalah terus? Apa alasannya? Tujuannya apa? Kalau ibu paham atau tahu tetapi tidak setuju, itu kan dah lewat, 20 tahun yang lalu.
Untuk apa dipegang terus?

Dulu memang orang tualah yang mengendalikan ibu, karena ibu belum dewasa, sekarang ibu sudah dewasa, sudah memiliki diri ibu sendiri, bisa melakukan apa saja yang ibu mau. Nah,,,sekarang yang bisa ibu lakukan adalah, MEMAAFKAN.

Kejadian yang dulu tidak bisa kita rubah. Lepaskan. Putuskan tali yang mengikat ibu ke belakang itu. Putuskan. Maafkan. Minta ampunkan kepada Allah. Ya Allah ampuni ibuku, dia telah salah melakukan ini padaku, dia menyuruh aku suruh mengalah terus. Dan sekarang menjadi bebanku. Angkatlah beban ini. Ampunkan dia ya Allah. Teruuuus lakukan sampai ibu lapang. Sampai ibu berhasil memutus tali itu.

Nah setelah itu, apabila orang tua ibu masih hidup, mulai ibu bermusyawarah. Tanya apa alasannya? Dst.

-------
Catatan saya pribadi : cara ini bisa kita pakai juga ketika ada di hati kita rasa sakit hati atau kecewa yang terpendam atas perbuatan seseorang.

"Kejadian tsb sudah terjadi dan tidak bisa dirubah. Lepaskan. Putuskan tali yang mengikat itu. Putuskan. Maafkan. Minta ampunkan kepada Allah. Ya Allah ampuni dia, dia telah salah melakukan ini padaku. Dan sekarang menjadi bebanku. Angkatlah beban ini. Ampunkan dia ya Allah. Teruuuus lakukan sampai lapang. Sampai berhasil memutus tali itu"