Reward n Punishment (Stick n Carrot) ini kan kaitannya dengan metode untuk mendisiplinkan sesorang atau bahasa psikologinya adalah upaya agar seseorang mau berperilaku atau beramak sesuai keinginan kita.
Maka dalam pendidikan kita sebaiknya tidak terjebak pada tips n trick atau cara2 instan pengasuhan namun mencoba kembali kepada konsep Islam, bahwa sebaik baik agar seseorang mau beramal apabila berangkat dari niatnya yang paling dalam atau intrinsic motivation.
"Innama a'malu binnniyaat, dstnya" sesuanghuhnya amal itu tergantung niatnya.
Dalam prakteknya sehari hari, agar diri kita maupun anak anak kita mau beramal dengan konsisten dan sungguh2 maka harus berangkat dari niat.
Coba direfleksikan ke diri kita, apa yang membuat kita mau beramal dengan performa tinggi dan beradab baik atau berakhlak mulia?
1. Relevant. Kita akan mau beramal dengan baik maka harus relevan dengan fitrah kita, dalam semua aspek fitrah. Misalnya fitrah bakat: tentu kita mau bergerak untuk sesuatu yang kita sukai atau relevan dengan minat. Maka temukan minat anak kita dengan sebaik baiknya. Emphaty menjadi penting untuk memahami mendalam siapa anak anak kita.
Misal lainnya fitrah keimanan dan adab: secara fitrah kita menolak perbuatan yang melawan fitrah dan tidak beradab. Dan setiap kita sesungguhnya condong pada kebaikan dan kebenaran, maka agar anak mau beramal, bangunlah keteladanan yang berkesan mendalam dan atmosfir keshalihan yang melahirkan imaji2 indah tentang kebaikan.
2. Relations. Coba Ingat2, bukankah kita mudah melakukan sesuatu jika kita punya hubungan dekat dengan orang yang menyuruh atau memberi tugas? Maka bangunlah kecintaan dan relasi yang mendalam pd jjwa anak anak baik kpd Allah, RasulNya, Islam dan kita orangtuanya. Jika cinta sudah melekat, maka tugas apapun terasa coklat. Ini bisa dikaitkan dengan fitrah seksualitas dan cinta
3. Reasons. Agama itu nasehat, dan tiap nasehat itu punya reason yang kuat. Bayangkan apabila kita diminta melakukan sesuatu tanpa reason yang kuat. Maka bangunlah kemampuan anak dan diri kita untuk membangun makna atas segala sesuatu tugas atau amal di keluarga. Inilah diantara pentingnya setiap keluarga memiliki Misi Keluarga yang dipahami dengan jelas oleh seluruh anggota keluarga, sehingga setiap amal atau perilaku memiliki reason atau alasan bermakna untuk diwujudkan bersama dengan keshabaran, bahagia dan komintmen.
Halangannya tentu saja seperti biasa, yaitu kita, para orangtua umumnya lebay obsesif atau lalai pesimis. Di satu sisi tidak shabaran ingin melihat segera anak berstatus sholeh dengan instan, sementara di sisi lain tidak yakin dan pesimis bahwa setiap anak sudah punya semua yang dibutuhkankan untuk menjadi shalih. 🙏😊
Sumber : Ust. Harry Santosa






0 comments:
Post a Comment