HEbAT Semarang Community
Kulwap Materi Lanjutan
Tema : Fatherhood
Bersama
Narsum: ayah Firman Muhammad
Usia 37 Tahun, Ayah dari 4 orang anak
Pendidikan :
Jurusan Biologi ITB
Jurusan Psikologi Universitas Nasional PASIM Bandung
Pekerjaan :
Praktisi Talents Mapping
HR and Career Consultant
Aktivitas Parenting
Life and Family Counselor
Koordinator Fatherhood Forum
Contact :
083829061472
www.muhfirman.com
Saat ini tinggal di Tinggal di Bukit Dago Utara II No. 36 Bandung
Rumah di Semarang di Jalan Zebra Tengah III No. 35
Plamongan Hijau - Pedurungan Kidul
📆 Jumat, 03 Juni 2016
⏰ 19.30-21.00 WIB
Judul : *Amanah Ayah Sang Pemimpin Keluarga*
Kita sama-sama bersyukur bahwa kesadaran akan pentingnya seorang ayah/suami berperan nyata di tengah keluarga semakin dirasakan oleh semua orang. Memang sudah merupakah fitrahnya, keluarga hanya akan sehat dan kuat jika ayah/suami sebagai pemimpin keluarga sungguh-sungguh menjalankan peran dan tanggung jawabnya.
Kini saat kesadaran itu semakin menyebar, tidak sedikit yang bertanya-tanya sebenarnya apa saja peran ayah di tengah keluarga dan bagaimana cara menjalankan peranan tersebut. Sudah cukup banyak referensi yang mengkaji tentang hal ini. Untuk sekedar memberikan kerangka diskusi kita, di sini saya mencoba merangkum apa saja tugas seorang ayah sebagai pemimpin dan pendidik dalam keluarga.
A. Memimpin Keluarga Menuju Akhirat
Membawa keluarga ke dalam kebenaran. Membawa ilmu yang benar ke dalam keluarga, dan mencontohkan amal yang benar dan konsisten dalam keluarga. Mampu memilah dan memilih antara yang haq dan bathil. Menjaga keluarga dari segala keburukan. Mampu menjadi hakim yang adil di dalam keluarga, dan mampu memelihara jamaah keluarga.
B.Menaungi/Memelihara Keluarga dalam Kehidupan Dunia
Tugas ayah adalah mencari nafkah yang halal dan barokah. Kemudian ia pun harus menyediakan tempat tinggal dan lingkungan yang baik untuk kehidupan keluarganya. Ayah juga ada pemelihara hubungan kekeluargaan dengan keluarga besar baik dari pihak sang ayah atau dari pihak keluarga sang istri. Mengenalkan anak-anaknya pada keluarga besar dan asal usulnya, menjaga silaturahim dengan mertua, dan saudara baik yang dekat maupun yang jauh.
C.Mengenal Diri dan Mampu Mewujudkan Misi Hidupnya
Menjadi ayah adalah salah satu amanah hidupnya. Di samping itu, ia adalah seorang manusia, seorang muslim, seorang anak, seorang anggota masyarakat. Sebelum mampu menjadi seorang ayah yang paripurna maka ia pun harus mampu memimpin dirinya sendiri. Hanya seorang ayah yang mampu mengenal diri dan mewujudkan misi hidupnya yang bisa menjadi teladan bagi anak-anaknya.
D.Memimbing Istri dalam Menyempurnakan Misi Hidupnya
Seorang suami harus mengenal sifat dan potensi istrinya dan memahami apa sebenarnya peran dan misi hidup istrinya baik sebagai istri/ibu/wanita/manusia. Setelah itu, lakukanlah apapun yang bisa dilakukan untuk mendukung istri menyempurnakan peran dan misi hidupnya.
E.Memandu Anak menuju Masa Depannya
Seorang ayah juga adalah pendidik dan pelatih bagi anak-anaknya. Ia harus mengenali anak-anaknya dan mampu membantu anaknya tumbuh berkembang menjadi manusia dewasa yang siap menjalani hidupnya di masa depan sesuai jalan hidup yang Allah berikan bagi masing-masing anaknya. Ayah harus mampu menjadi teman bermain bagi anak-anaknya, namun juga mampu melatih anaknya memasuki masa aqil baligh dengan baik untuk akhirnya menjadi manusia dewasa yang matang dan mandiri.
Dengan memahami peran-peran yang ada di atas, maka secara sederhana dapat kita simpulkan bawah dalam Pendidikan Keluarga di Rumah (Home Education), peran ayah adalah :
1.Seorang ayah adalah ulama, murobbi, dan da’i di tengah keluarga, baik itu keluarga inti maupun keluarga besar. Ayah lah yang harus paling bersungguh-sungguh untuk memahami ilmu agama. Paling bersungguh-sungguh mengenal dan menaati Allah. Begitu juga dalam mengenal Rasulullah dan mencontoh Sunnah-sunnahnya. Ayah adalah pendidik, pembina, dan juga role model/teladan dalam hal ini.
2.Seorang ayah adalah teladan. Dalam aktivitasnya mencari nafkah, seorang ayah akan mencontohkan ketekunan, kesungguhan, kerja keras, serta kejujuran. Ayah mencontohkan pada anak-anaknya bagaimana menjadi manusia dewasa yang produktif dan mandiri. Istri dan anak-anak pun akan melihat bagaimana cara hidup bermasyarakat dan menjadi bagian dari suatu lembaga yang lebih besar seperti komunitas, lembaga, perusahaan, dan lain sebagainya.
3.Dalam kaitannya dengan poin C, D, dan E, Ayah adalah mentor, coach, atau fasilitator dalam proses mengembangkan hidup istri untuk mewujudkan misi hidupnya, serta membimbing anak-anak menuju masa depan mereka masing-masing.
4.Sebagai pelengkap, seorang ayah adalah pemelihara, pendukung, dan pelayan keluarga. Proses pendidikan dalam keluarga tentu membutuhkan sistem pendukung yang bisa menyediakan sumber daya, situasi, media, alat atau apapun yang dibutuhkan untuk memastikan proses berjalan optimal. Dibutuhkan totalitas ayah untuk bisa menyediakan apapun yang dibutuhkan dalam proses pendidikan di rumah.
🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟
1⃣ bunda Dita, Semarang
assalamu'alaikum...
pada keluarga yg ayahnya lbh sering tidak di rumah karena pekerjaan (minimal 200hari di lapangan) shg tidak bs optimal menjalankan poin2 tsb, kira2 poin mana yg bisa digantikan oleh ibu anak2 dan mana poin yg tidak boleh sama sekali digantikan?
terima kasih....
1) Waalaikumsalaam Bunda Dita dan ayah bunda semua
Terkait peran ayah, pada prinsipnya peran-peran tersebut *Tidak Bisa Digantikan*
Hal ini adalah prinsip, dan untuk kita para ayah, kita harus betul-betul memahami ini dan menjadikan ini standar kita. Bahwa tanggung jawab dan peran kita di tengah keluarga itu Tidak Tergantikan.
Ini adalah prinsip. Ini adalah "Aqidah" seorang ayah yang total dengan tanggung jawabnya.
Adapun dalam pelaksanaannya, kita bisa meminta keterlibatan istri untuk menjadi pendukung dan pelanjut peranan kita saat kita sedang tidak di rumah.
Jadi untuk peran sebagai pemimpin keluarga, teladan, guru, pelatih, mentor, dll itu, kita HARUS selalu berperan.
Jika situasi menuntut kita secara berkala harus pergi jauh, pada saat itu, rencana kita, arahan kita, panduan kita untuk keluarga bisa dititipkan pada istri.
Namun sebelum itu, saat kita sedang bersama keluarga, sehari-hari bersama, kita harus memastikan semua peran dan tanggung jawab itu kita lakukan langsung.
Jadi kita harus mengatur bagaimana DEFAULT nya adalah kita bersama keluarga kita, hadir dan berperan di tengah-tengah mereka. Situasi di mana kita harus meninggalkan keluarga karena tugas untuk sementara waktu adalah kondisi sewaktu-waktu saja, bukan defaultnya begitu.
Demikian menurut saya. Monggo kalau ada tanggapan dari Bunda Dita atau dari ayah bunda yang lain ✅
2⃣ Ayah Eri - Bekasi
Bagaimana utk ayah menjalankan peran fatherhood-nya smntara pkerjaannya menuntut ia bekerja jauh dr keluarga (di luar kota/negeri) utk jngka waktu yg ckp panjang, smntra tdk terlalu memungkinkan utk pulang pergi secara intens?
2) Inti pertanyaan dari Ayah Eri ini "bagaimana", artinya ini bersifat teknis.
Sebelum masuk ke teknis, pastikan dulu bahwa standar kita tentang keharusan berperan memimpin dan memelihara keluarga sudah pada standar tertinggi.
Kalau standarnya sudah poll, saya yakin seorang laki-laki akan melakukan apapun untuk sesuatu yang sangat dipentingkannya.
Bahasa gampangnya, kalau sudah betul betul penting dan tidak ada kompromi, seorang laki-laki siap untuk nekat melakukan apapun demi tujuan dan kepentingannya tercapai.
Kalau semangatnya belum "greget", berarti masalah kesungguhan ini yang mesti diupgrade dulu. Kalau sudah "greget", semangatnya sudah poll, berikut beberapa hal tentang bagaimananya :
1. Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, kita para ayah harus mematri kuat-kuat dalam pikiran kita bahwa hidup saya yang sesungguhnya adalah di tengah keluarga, di rumah saya beserta istri dan anak-anak saya, di perumahan dan kota di mana kami tinggal bersama. Pekerjaan atau tugas di luar kota adalah situasi yang temporer.
2. Saat saya sedang bersama istri dan anak-anak saya, maka saya akan menjalankan semua tugas dan tanggung jawab saya secara total dan sistematis sehingga istri dan anak-anak saya merasakan bahwa dalam keluarga ini ada sistem dan panduan yang jelas dari saya.
3. Jika sistem, panduan, kebiasaan, dan budaya keluarga sudah terbentuk kuat, baik, dan benar, maka saat kita akan pergi keluar kota, sebenarnya semua akan tetap berjalan baik-baik saja. Kita bisa bilang "nak, Ayah keluar kota dulu. Jaga dan bantu ibumu ya."
4. Saat kita sedang di luar kota, kita tinggal menjaga komunikasi secara berkala dan memantau bahwa sistem, panduan, dan kebiasaan hidup keluarga tetap berjalan sebagaimana biasanya saat kita berada di tengah-tengah keluarga.
5. Satu hal yang juga harus kita ukur dengan serius adalah, berapa minggu atau bulan waktu paling lama keluarga kita bisa ditinggal dan semua tetap berjalan baik-baik saja? Ini tentu beda-beda pada setiap keluarga dan pada setiap fase usia anak. Oleh karena itu, kita harus tetap memantau dan mengevaluasi secara berkala.
Demikian saran dari saya ✅
3⃣ Bunda Fajri - Makassar.
Bagaimana menyikapi ayah yang tidak bisa membentuk visi misi hidup untuk keluarga, padahal telah sering didorong oleh istrinya, bagaimana tips mendorong ayah untuk bisa mempunyai semangat untuk menjadi coach/mentor untuk keluarganya, sehingga tidak hanya berlabel "suami" saja. Dan bagaimana seharusnya sikap suami terhadap seorang istri yang cenderung dominan dalam keputusan dalam keluarga, karena sikap dominannya terkadang karena sang ayah cenderung bersikap seolah cuek. Terima kasih
3) Terima kasih Bunda Fajri untuk pertanyaannya. Ini memang pertanyaan mendasar untuk umumnya ayah di indonesia.
Perlu dipahami bahwa pada tiga atau dua generasi terakhir, laki-laki tumbuh dalam dunia yang menggambarkan mereka sebagai pekerja, bukan sebagai pemimpin keluarga, dan oleh karena itu umumnya kami para lelaki dewasa tidak memiliki konsep tentang keluarga dan tidak memiliki gambaran yang jelas tentang tanggung jawab dan peran kami di dalam keluarga.
Ini seperti bahwa di masyarakat kita ada fase di mana para muslimah berusaha untuk mengembalikan pemahaman bahwa berhijab itu wajib dan merupakan mandat hidup setiap muslimah. Dahulu memang standarnya yang penting wanita itu berpakaian dan berperilaku santun. Namun para muslimah berjuang bersama untuk melengkapi standar kesantuan itu dengan juga memenuhi kewajiban berhijab.
Saat ini dunia para ayah, memang punya PR sendiri. ya ini, kesadaran bahwa menjadi pemimpin keluarga, dan menunaikan kewajiban memelihara, memandu, dan memimpin keluarga adalah keharusan yang tidak bisa ditawar.
Karena itulah saya juga merasa berkewajiban untuk ikut terlibat dalam gerakan penyadaran bagi para ayah.
Jadi yang ingin saya tekankan di awal adalah : ini adalah kewajiban kaum laki-laki, kewajiban para ayah untuk saling mengingatkan.
Terlebih karena pada kenyataannya laki-laki itu cenderung lebih mudah mendengarkan dan mengikuti arahan dari sesama laki-laki, terutama dari mereka yang tampak lebih senior, lebih bijak, lebih berilmu, lebih punya otoritas, atau lebih dihormati.
Saya menyimpulkannya secara sederhana dalam kalimat ini "Tugas istri adalah mendengarkan suaminya, tugas suami adalah mendengarkan orang yang lebih berilmu dari kalangannya".
Maka ada 2 hal yang bisa dilakukan oleh seorang istri untuk membantu suaminya membangun kesadaran dan kesungguhan untuk menjadi ayah yang sejati.
1. Jadilah istri yang sebaik-baiknya. Berikan yang terbaik pada suami dan keluarga. Dengan ini saya yakin Allah akan menjadikan keluarga anda semakin menyenangkan, berkah, dan nyaman. Hal ini kemudian saya yakin akan dirasakan oleh sang suami. Ia merasakan bahwa yang paling mendengarkan, menghormati, dan menyenangkannya adalah istrinya. Tempat yang paling nyaman baginya adalah rumahnya.
Semua kebaikan yang dilakukan istri akan memberikan pengaruh positif pada sang suami, dan akan membangun persepsi yang semakin positif tentang rumah dan keluarga pada pikiran sang suami.
Jadikanlah sang suami sebagai tempat bertanya dan meminta saran dalam apapun. Tempatkan sang suami sebagai "raja" di rumah. Berikan apapun yang bisa diberikan. Pada akhirnya itu semua adalah ibadah, dan Allah pasti akan menghargai semua yang telah diikhtiarkan oleh sang istri.
Berikutnya yang kedua :
2. Bantu dan mudahkan suami untuk semakin baik dalam beribadah dan berjamaah. Mudahkan suami untuk bisa shalat berjamaah di masjid, berinteraksi dengan orang lain yang lebih berilmu, dan menjadi dekat dengan sumber-sumber ilmu.
Bukan dengan disuruh atau diceramahi "ayo tho Pah, sholat itu mbok ya di masjid. wajib lho!"
Bukan begitu.. senep nanti sang suami 😆😆😆
Carilah cara yang halus dan menyenangkan.
Misalnya : setiap mendekati waktu sholat, pastikan sudah tersedia baju koko, sarung, atau apapun yang suami butuhkan untuk bisa sholat di masjid.
Kalo weekend, bisa minta diantar ke kajian atau ceramah.
Kalau punya rejeki lebih, bicarakan dengan suami apakah bisa rejeki tersebut digunakan untuk membantu tetangga yang kekurangan, barangkali di lingkungan sekitar ada anak yatim atau keluarga miskin.
Ketika istri bisa menciptakan keseharian yang kondusif, penuh semangat ibadah dan muamalah, Insya Allah suami akan juga bersentuhan dengan sumber sumber ilmu dan kebaikan.
Adapun untuk situasi di mana istri dominan dan suami cuek..
Langkah 1 : sang istri harus bisa menahan diri. Kalau istri bersikap dominan, tentu ini justru menghambat suami untuk sepenuhnya berperan sebagai pemimpin keluarga.
Kalau di rumah banyak masalah yang perlu sentuhan dan arahan sang ayah namun kok kelihatannya sang ayah tidak juga bertindak, tanyakanlah baik-baik. minta saran dan arahan. tetap tenang dan tidak perlu panik.
kalau keburu panik, istri bisa jadi ngga sabaran kan? jadi nggrusa-nggrusu, gelisah, emosional.. ya kalau begitu umumnya para laki-laki memang bakal jadi jengah dan akhirnya jadi cuek..
Jadi, kalau disederhanakan : bantu dan mudahkan sang ayah untuk merasakan bahwa dialah bos dan pemimpin perusahaan ini 😊
Kabar baiknya : umumnya laki-laki paling senang dipercaya dan diandalkan. mereka akan sangat bersemangat di tempat di mana mereka merasa paling dihargai dan dibutuhkan. so, simpel sebenarnya kan ? pastikan sang ayah merasa di rumah dia adalah CEO atau Direktur. Maka dia akan berperilaku sebagai CEO di rumah 😊
Situasi di setiap keluarga tentu tidak sama persis. Namun secara garis besar menurut saya seperti itu ✅
Pertanyaan bunda Fajri - Makassar,
hampir sama isinya dengan:
- bunda Nesri - Bogor
- bunda Diah - Bogor
>> Bagaimana jika ibu yang lebih concern masalah misi hidup?
*misi hidup dan turunannya, suami tinggal manut (ikut 😅)= istri DOMINAN .
Solusinya : Ilmu.
Laki-laki yang menjalani hidup sekedar secara praktis dan pragmatis, hidupnya fokus di kerja kerja kerja saja.. yang dia butuhkan adalah ilmu tentang hidup. ia membutuhkan pencerahan. dan jalan satu-satunya adalah dengan menjadi seorang muslim yang lebih baik.
Supaya suami tergerak mencari ilmu, pastikan istri tidak hanya menunjukkan kebutuhan didukung secara finansial dan praktis saja. istri perlu menempatkan suami sebagai tempat bertanya dan meminta panduan. hargai panduannya seperti apapun yang bisa seorang suami berikan saat ini. seiring waktu saya yakin sang suami merasa ia harus belajar dan mencari ilmu lebih banyak agar ia dapat memberikan arahan dan solusi yang lebih baik untuk pertanyaan pertanyaan istrinya.
Salah satu yang menurut saya akan sangat efektif membantu para ayah menjadi lebih baik adalah : jika para istri semakin membaikkan adab dan penghormatannya pada suami.
Coba kalau kita lihat bagaimana ibu atau nenek kita berkomunikasi dengan ayah atau kakek kita. Kita terlihat ada tata krama dan unggah ungguh yang betul betul dijaga, maka cobalah juga berkomunikasi seperti itu dengan suami anda. jadi tidak seperti obrolan antara teman kuliah, atau sekedar obrolan dua orang manusia yang sama sama dewasa.
Betul, bisa jadi saat ini di sebagian kalangan wanita dan para ibu ada perasaan bahwa kalangan laki-laki atau para ayah itu nyebelin, ngga peka, kurang mau ngurus keluarga. andaikan itu benar sekalipun, janganlah realita itu membuat anda enggan untuk memberikan sikap yang terbaik kepada suami anda 😊 ✅
4⃣ Pak Khaerudin - Bogor
Mau bertanya Bagaimana langkah seorang ayah menjadi seorang konselor bagi keluarganya?
4) Agar Ayah bisa menjadi konselor bagi keluarganya, mulailah bergeser dari sekedar menjalani hidup ini di tengah pekerjaan dan kesibukan praktis pragmatis, mulailah memahami dan menjalani hidup ini secara utuh.
Renungkanlah tentang hidup. Tentang Allah dan apa tujuan Allah menghadirkan kita ke dunia, memberikan kita keluarga, dan menghadapkan kita dengan berbagai tantangan kehidupan.
Saat kita para lelaki yang sudah berkeluarga ini mau mulai lebih merenungkan hidup, kita akan mulai merasakan kebutuhan akan ilmu, akan kebijaksanaan dan nasehat dari orang orang yang lebih berilmu.
Jika itu sudah ada dalam diri kita, kita sudah mulai menjalani hidup ini secara utuh, saya yakin di saat yang sama kita semakin siap untuk memberikan arahan dan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan yang hadir dari istri dan anak-anak kita.
Kita akan juga mulai peduli untuk memahami hidup istri dan anak-anak kita. Kita mau mencari tahu dan berusaha memahami apa sih yang dihadapi oleh istri dan anak-anak kita.
Insya Allah dengan begitu kita mampu berperan sebagai pemandu, pendengar, dan pendamping istri dan anak-anak kita dalam menjalani kehidupan meraka.
Demikian Pak Khaerudin 😊🙏🏻✅
5⃣ Bunda Rahmaniar dr Baubau
Salam ayah firman yg dirahmati Allah,
Banyak ayah yg tidak menyadari peran penting nya dalam keluarga untuk menumbuhkan fitrah anak ,karena menganut prinsip "ayah bertugas diluar rumah ut mencari nafkah dan ibu di rumah ut mendidik anak". Lalu bagaimana cara menyadarkan sang ayah thd peran pentingnya dlm memimpin keluarganya, juga membuat ayah siap menjadi murabbi dlm keluarga sendiri jika "malas" dalam menimba ilmu,khususnya ilmu agama?
Trimakasih
5) Kesadaran seorang ayah untuk menjalankan perannya di keluarga adalah kelanjutan dari kesadaran dia untuk hidup sebagai muslim yang baik, dan kesungguhannya untuk terus memperbaiki diri sebagai seorang muslim.
Maka, yang bisa dibantu oleh sang istri di awal adalah : bantulah suaminya untuk menjadi seorang muslim yang baik. ciptakanlah kehidupan rumah tangga yang penuh nuansa agama. mudahkan sang suami untuk bisa beribadah dengan baik. beriteraksilah dengannya dengan akhlak yang sebaik-baiknya. Kondisikan suami untuk mudah dan sering ke masjid, agar terbiasa berinteraksi dengan sesama para ayah dan juga beriteraksi dengan orang yang lebih baik amal serta ilmu agamanya.
Itu semua tentu dilakukan dengan santun dan sabar. Bukan dengan disuruh, bukan dengan dituntut. Saya yakin ketika semua itu sudah diupayakan secara konsisten, Allah akan memudahkan dan menghadirkan perubahan yang dibutuhkan oleh keluarga tersebut.
Setelah sang suami bersentuhan dengan sumber ilmu dan kebijaksanaan yang benar, dan ia mau menerima serta mempelajari itu semua, barulah sang suami akan memiliki kesadaran dan sikap yang lebih baik sebagai seorang suami dan ayah.
6⃣ bunda NN - bogor
Bagaimana seorang ibu menselaraskan nilai2 kesopanan yang sama dg ayah?contoh kasus ibu terdidik utk menjunjung kesopanan yang tinggi misal tidak sembarangan utk (maaf)buang angin, bersendawa didepan org, tp disatu sisi ayah menganggap itu biasa saja..bahkan para anggota keluarga yg perempuan dr pihak ayah tanpa malu sengaja melakukan hal tsb bahkan didepan org2, bahkan tanpa kata maaf.Ditegur dg baik pun mereka berdalih itu hal biasa saja.mohon pencerahannya
6) Sepasang suami istri tentu berasal dari latar belakang keluarga dan budaya yang berbeda. Oleh karena itu ada kalanya kita menemukan kejutan-kejutan dalam bentuk kebiasaan dan standar etika yang berbeda. Untuk sesuatu yang sifatnya prinsip, maka penting untuk paling diprioritaskan untuk diselaraskan.
Misal : standar tentang patokan halal dan haram. Jika istri sudah sadar bahwa sama sekali tidak boleh ada penghasilan yang sumbernya haram atau syubhat namun suami masih belum konsisten tentang ini, istri boleh mengupayakan komunikasi secara khusus dan serius membahas tentang hal tersebut. Carilah waktu yang nyaman dan benar-benar leluasa untuk meminta kesediaan suami membicarakan hal tersebut.
Adapun untuk sesuatu yang sifatnya tidak absolut, masih ada unsur relatifnya, seperti bersendawa, hal seperti ini perlu dikomunikasikan dengan lebih terbuka, di mana sang istri tidak menempatkan itu sebagai pembahasan benar - salah, namun sebagai komunikasi untuk menginformasikan pada sang suami bahwa ada hal-hal yang mungkin dianggap wajar oleh suami dan lingkungan asal usulnya, tapi ternyata di lingkungan lain itu dipandang kurang pas. sampaikan hal tersebut sebagai informasi, dan sampaikan permohonan agar suami berkenan untuk menerima informasi tersebut serta menyesuaikan diri pada saat saat tertentu.
Intinya : untuk sesuatu yang kemungkinan besar dianggap relatif oleh sang suami, sampaikan bahwa di beberapa konteks situasi ternyata itu bisa dianggap kurang baik. jadi sifatnya informatif, bukan instruktif dan teguran. ✅
7⃣ ayah dimas - Salatiga
Assalamu alaikum
Bagaimana dgn anak yg di didik di pesantren? Bgaimana menghadirkan sosok ayah, khususnya utk putrinya yg di didik di pesantren, krn semua pendidiknya mulai dr guru hingga pengasuh, semuanya perempuan
Matur Nuwun
7) Untuk anak yang mengikuti pendidikan di pesantren, pertama pastikan usia dan kesiapan anak sudah cukup. Kalau usia dan kesiapan kurang, ayah paling perhatian sekalipun tidak akan mampu mencegah timbulnya dampak negatif dari ketidaksiapan itu. untuk anak perempuan yang akan belajar di pesantren saran saya minimal usia SMP.
Adapun jika sang anak sudah siap, usianya sudah pas, untuk menghadirkan sosok ayah di mana di pesantren tidak ada sosok laki-laki dewasa maka sang ayah perlu mengunjungi putrinya secara rutin. minimal dua atau tiga minggu sekali. jangan lebih jarang dari itu. kemudian pastikan komunikasi langsung sang putri dengan sang ayah juga berjalan baik sehari-hari dengan alat bantu komunikasi yang umum saat ini.
Perlu dipahami bahwa kebutuhan anak putri terhadap interaksi langsung dengan ayah jauh lebih besar daripada kebutuhan anak putra terhadap interaksi langsung dengan ayah. anak putri lebih membutuhkan kedekatan emosional, dan jika tidak terpenuhi akan lebih cepat merasa kosong dan kesepian. Oleh karena itulah mengapa jarak dua - tiga minggu tidak bisa ditawar. Pastikan sang ayah selalu bisa hadir dan punya waktu bersama putrinya secara rutin. Ketika bertemu, luangkan waktu yang cukup panjang. Jangan hanya dua tiga jam. Kalau bisa seharian, dari pagi sampai siang atau sore. Sehingga sang putri bisa menceritakan banyak hal, berinteraksi, merasakan perhatian dan kasih sayang ayahnya, bisa bersenda gurau juga, bermanja-manja dengan ayahnya.
Sekali saja seorang anak putri merasa ayahnya tidak hadir, dia akan cepat merasa kosong dan sepi, dan ia akan mulai mempertimbangkan untuk berinteraksi dan mendapatkan perhatian dari temannya yang laki-laki.
Mohon hal ini betul betul diperhatikan ✅
8⃣Bunda Noni_tangerang
Sampai pada tahap manakah istri WAJIB mendorong suami baik secara halus atau langsung agar suami RELA memperbaiki diri dalam upayanya sebagai pendidik..?
Dan jika suami tidak banyak berperan dalam pendidikan anak bolehkan istri mengambil alih peran suami dalam hal pendidikan anak..?
Kasus dalam hal adanya perbedaan pandangan visimisi dalam pendidikan anak. Dan mengingat tugas istri adalah patuh terhadap suami.
Terimakasih atas jawabannya.
8) Sampai kapanpun istri harus terus berupaya membantu suaminya untuk menjadi pribadi dan ayah yang lebih baik. Upayakan dengan cara yang paling baik dan paling santun. Jika dalam perjalanan hidup bersama banyak hal yang terabaikan oleh suami, khususnya terkait pendidikan anak, tentu di saat yang sama istri bisa dan boleh melakukan apapun yang bisa ia lakukan untuk pendidikan anaknya.
Namun tetap, ini tidak menggantikan kekosongan yang ada karena sang ayah tidak berperan. Artinya, jangan pernah berkata "ah sudahlah, biarin aja suami saya ngga menjalankan peranannya. saya aja deh yang mengurus semua hal untuk pendidikan anak". Jangan pernah berhenti berupaya membantu suami berubah menjadi suami dan ayah yang lebih baik.
Adapun untuk perbedaan yang ada, upayakan komunikasi sebaik mungkin. Kalau ada beda pandangan dan beda prinsip, diskusikan dengan sabar. Barangkali sebuah topik penting terkait pendidikan anak perlu dibicarakan secara bertahap pelan-pelan untuk sampai akhirnya tuntas dan ada titik temu. Jadi jangan memaksakan sebuah topik selesai di bahas dalam satu kali diskusi.
Misal : bagaimana memilih tempat pendidikan anak dan apa prinsip yang dipegang dalam pendidikan anak. Sang istri merasa anak tidak perlu ikut les, tidak perlu terlalu memaksakan diri untuk masuk sekolah favorit. Sebaliknya sang suami berpandangan les itu harus, sekolah favorit juga harus. Perbedaan seperti ini perlu dicari titik temunya melalui proses dialog yang panjang dan rileks.
Dan betul, kepatuhan istri kepada suami adalah adab/tata krama yang sangat penting. Selama suami tidak mengarahkan keluarga pada sesuatu yang salah menurut prinsip agama, kepatuhan dan kesantunan istri akan selalu mendatangkan kebaikan bagi keluarga. mungkin tidak langsung terlihat dan terasa hasilnya saat itu juga, namun dalam jangka panjang kebaikan dan manfaatnya akan nyata. ✅
Terima kasih Ayah Firman, moga berkah ilmunya untuk maksimalkan ikhtiar ayah bunda
✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨